Rabu, 19 Februari 2014

Lupa Daratan

Manusia.
Yang diciptakan paling mulia diantara makhluk ciptaan Tuhan lainnya
Manusia.
Punya takdir untuk bisa berjalan, berjalan diatas tanah, diatas daratan.
Manusia.
Tidak bisa terbang seperti burung, dan bertahan lama-lama berenang di air seperti ikan.
Tetapi, sebenarnya.
Manusia.
Bisa terbang sangat tinggi, dan menyelam sangat dalam.
Apakah manusia, nanti, atau kapanpun dimasa bernafasnya tibat iba tumbuh sayap dan sirip?
Tidak. Tidak sejelas kasat mata yang kita tahu
Manusia.
Akan memiliki sayap dan sirip yang samar, bisa dirasakan tapi tidak terhilat jelas.
Manusia.
Yang sayapnya ada ketika terlalu tinggi melangkah, menjadi tinggi langkahnya karena hatinya ikut tinggi. Karena terlalu biasa dalam "pujian", karena selalu berpikir " saya paling hebat", dan selalu berfikir " saya sempurna" karena lupa  siapa Yang Maha Sempurna.
Manusia itu akan terbang, jauh keatas, merasanya nyaman bersama angin.
Namun, sebenarnya.
Manusia itu lupa kodratnya bukan untuk terbang. Tapi, Manusia itu tidak tahu-bahkan-enggan kembali ke daratan.Baginya, langit itu sudah jadi persinggahan terbaik.Akhirnya, jadi lupa daratan.
Sayangnya, terbang ke langit adalah cobaan dari Tuhan
Manusia.
Tetap saja harus kembali turun ke daratan siap-tidak siap, tergantung Tuhan yang menentukan kapan manusia itu menyudahi terbangnya dilangit.
Manusia.
Yang tidak siap untuk 'mendarat' dari terbangnya, akan bingung mencari dimana daratannya, akan bingung bagaimana caranya. Lalu, akibatnya manusia yang bingung tadi karena terlalu nyaman dalam angin di langit menjadi jatuh dan tenggelam dalam laut.
Akan kah manusia itu dapat bertahan, dan kembali ke daratannya?
Selama tidak lupa daratan dan tidak lupa Pencipta Ia, daratan, langit, dan laut itu, pasti akan bisa kembali.
Karena lautan, yang selama ini selalu dikatakan cobaan dibanding langit.
Sebenarnya adalah tempat manusia itu meng-evaluasi dirinya. Disanalah kebaikan dan anugrah Tuhan berada.

-dan itulah perjungan kita-
note: penulis berada diantara laptop, dan banyak makanan. serta pikiran yang porisnya 11:12 sama makanannya. Penulis udah lama vakum buat jadi "nulis-nulis' kayak ginian. Maaf pilihan kata yang kurang, dan alur yang gak jelas. Biarkanlah penulis kembali memasang kepingan-kepingan kemampuannya di masa lampau.


Lanjut makan lagi.
Regrads,
Hanindita

Tidak ada komentar: